Selasa, 25 September 2007

Mahasiswa kok Beli Buku Bajakan?

Generasi muda, khususnya mahasiswa, merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan untuk mencapai cita-cita bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, generasi muda berkualitas dibutuhkan.

Kualitas pemuda bangsa dapat dilihat dari daya dan pola pikirnya. Semua itu harus diarahkan ke arah yang positif. Pertanyaan yang mungkin terlintas, "Bagaimana meningkatkan kualitas generasi muda bangsa, khususnya mahasiswa?"

Jawabannya adalah dengan buku.

Buku adalah jendela ilmu dan merupakan salah satu guru terbaik. Buku jadi media penyampai pesan dan ilmu yang mudah diakses sekaligus sistematis. Buku juga mudah diakses setiap pihak tanpa memandang status, pangkat, atau derajat.

Buku juga adalah salah satu media yang dapat membangkitkan kreativitas dalam mempertajam analisis. Mengasah daya kritis serta mampu mengembangkan daya pikir secara sistematis.

Buku dan mahasiswa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ironisnya, banyaknya jumlah eksemplar buku-buku yang diterbitkan

penerbit-penerbit yang ditujukan untuk mahasiswa tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa itu sendiri.

Sebagian mahasiswa lebih memilih membeli buku bajakan atau memfotokopinya. Budaya itu terlanjur tertanam dan mendarah daging sehingga sulit dihilangkan.

Pemicunya, harga buku yang sangat mahal. Memang, ada semacam tanggung jawab moril. Mengemban titel insan pendidikan yang intelek serta logis, namun terpaksa mencabut kembali idealisme itu atas nama sebuah keadaan.

Kita memang membutuhkan buku. Kita memang makhluk yang terbatas, tetapi ketika kebutuhan berdialog dengan keterbatasan, yang muncul adalah toleransi. Meskipun itu melanggar prinsip-prinsip idealis.

Apabila sepintas kita memandang sebuah permasalahan, dalam hal ini buku yang mahal, sebuah pertanyaan yang akan muncul.

"Apakah kita harus memaksakan kehendak atas nama keadaan atau mencari solusi tanpa melanggar aturan?"

Mahasiswa cenderung lebih memilih alternatif untuk mendapatkan buku dengan harga murah, membeli di bursa buku bekas, di pedagang buku-buku kaki lima (walaupun bajakan) atau hanya meminjam dari perpustakaan umum. Tentu dengan kuantitas dan kualitas yang terbatas, sampai kapan?

Tidak ada komentar: